Dalam pertandingan sepak bola, hal yang lumrah jika kita sering melihat seorang penjaga gawang yang dengan sengaja meludah ke sarung tangannya. Biasanya, tindakan ini dilakukan saat sang kiper akan menghadapi bola-bola mati atau bersiap menerima serangan dari tim lawan.
Berbeda dengan pemain lain, peran penjaga gawang boleh dikatakan spesial. Ia jadi satu-satunya orang yang diperbolehkan memegang si kulit bundar saat permainan masih berlangsung.
Penjaga gawang pun diwajibkan mengenakan sarung tangan sebagai salah satu prosedur keselamatan. Selain untuk melindungi tangan ketika menahan hempasan tendangan lawan, sarung tangan juga berfungsi membuat tangkapan lebih lengket ketika menerima bola.
Sudah menjadi rahasia umum jika penjaga gawang tertangkap kamera sedang meludah ke sarung tangannya. Konon, hal itu akan membuat sarung tangan makin lengket sehingga memudahkan menangkap bola. Namun, benarkah saliva atau air liur memiliki pengaruh bagi penampilan sang penjaga gawang?
Pada dasarnya, sarung tangan didesain agak kaku dan keras supaya cukup kuat untuk menahan bola-bola kencang. Sarung tangan kiper biasanya terbuat dari busa sintetis dengan struktur mikroskopis bagaikan penyedot yang pada gilirannya seperti jutaan cangkir isap kecil.
Tak aneh, di tengah pertandingan, sarung tangan yang kaku membuat tangan penjaga gawang menjadi kurang nyaman. Solusinya, penjaga gawang akan meludahi sarungan tangannya dengan tujuan supaya air liur dapat membasahi permukaan busa sehingga memiliki daya cengkeram yang lebih tinggi.
Alasan memilih untuk meludah ke sarung tangan cukup wajar mengingat penjaga gawang cukup kesulitan mengakses air ketika sudah bertanding. Biasanya, penjaga gawang akan mencuci sarung tangannya sebelum pertandingan dan berharap kelembaban tetap terjaga ketika laga dimulai.
Pendapat lain menyebut jika meludah ke sarung tangan hanyalah tindakan reflek karena kebiasaan dari penjaga gawang ketika akan menerima serangan lawan atau dari set piece dan penalti. Hal ini bisa terjadi karena penjaga gawang junior melihat senior-seniornya melakukan tindakan tersebut dan mulai ikut-ikutan. Meludah ke sarung tangan pun menjadi kebiasaan setiap penjaga gawang.
Jika melihat dari kacamata kesehatan, tentu meludahi sarung tangan sangat tidak higienis. Air liur yang memiliki banyak kandungan kuman itu, pada akhirnya memberi dampak buruk baik teman, lawan, atau bahkan diri sendiri, mengingat air ludah berpindah ke bola yang digunakan. Meludah ke sarung tangan juga, berakibat sarung tangan menjadi bau dan perlu sering-sering untuk dicuci.
Di tengah pandemi covid-19 seperti sekarang, rasanya kebiasaan meludah ke sarung tangan perlu dihilangkan. Apalagi FIFA selaku induk organisasi tertinggi di sepak bola sempat memberi larangan keras bagi setiap pemain untuk meludah di lapangan. Sayangnya, aturan ini tidak berlaku secara tegas dan dianggap angin lalu.







